Jumat, 23 September 2016

Lupakan PDIP, Fokus Selamatkan Jakarta


POS-METRO.COM - Bergabungnya PDI Perjuangan mendukung Basuki Tjahaja Purnama  (Ahok) dalam kontestasi politik pilkada DKI Jakarta, ternyata cukup membuat konstelasi politik dan suhu politik di Jakarta meningkat tajam. PDIP, yang selama ini didengungkan sebagai partai wong cilik, partainya rakyat kecil dan partainya kaum Marhaenis serta partai penyambung ajaran Bung Karno, mendukung Ahok.

Jatuhnya dukungan kepada Ahok, telah merubah identitas PDIP menjadi partainya para oligarkhi, partai yang tunduk dan diatur kaum oligarkhi dan menjadi partai berhaluan liberalis. Namun demikian, semua itu adalah hak partai yang dipimpin Megawati tersebut. Dan tentu saja terlepas jika kemudian bahwa Megawati telah menghianati sendiri ruh partai dan menurut logika, Mega ‘durhaka’ pada Bung Karno.

Bung Karno adalah penggali Pancasila, dan Pancasila menjadi ideologi bangsa dan negara serta juga menjadi ideologi PDIP. Sementara Ahok itu tidak Pancasilais. Dari lima sila, Ahok itu cuma masuk dalam sila pertama, sila kedua sampai sila kelima tidak nyamvung dengan Ahok. Ahok adalah contrasting dari Pancasila, jadi sangat aneh jika kemudian Megawati mendukung Ahok yang tidak Pancasilais dan marhaenis.

Ahok beradab? Ahok Pemersatu bangsa? Ahok bijaksana? Ahok adil? Sepertinya tidak sama sekali. Inilah kekeliruan terbesar yang dilakukan oleh Megawati dan PDIP.  

Mari kita lupakan semua itu, melupakan PDIP. Publik jangan menghabiskan energi untuk membahas PDIP yang menjadi pengikut Ahok.  Kita fokus pada bagaimana hari ini bisa memutuskan siapa yang akan melawan Ahok dengan melepaskan semua ego kelompok, ego partai dan ego pribadi.  

Kita dorong para elit partai untuk mengedepankan kepentingan yang lebih besar, kepentingan Jakarta, kepentingan bangsa dan negara. Jakarta harus direbut dari tangan kedzoliman, direbut dari tangan pemimpin yang tidak Pancasilais, tidak jujur, tidak bersih dan tidak beradab.  

Ada pertaruhan besar dalam pilkada DKI ini, yaitu mempertaruhkan masa depan bangsa. Partai Demokrat, PPP, PKB, dan PAN kami harap memutuskan pilihan terbaik untuk merebut Jakarta dari kedzoliman. Kami minta kepada SBY, Romy, Cak Imin dan Zulkifli Hasan agar bersama sama memajukan calon kuat yang bisa mengalahkan kekuasaan dan mengalahkan Ahok.  

Sebab lawan terberat dalam kontestasi pilkada Jakarta ini adalah kekuasaan dan bukan Ahok. Ahok itu tidak ada apa-apanya tanpa kekuasaan, maka itu harus cermat dan jangan asal menunjuk calon. Pilihlah tokoh yang punya kemampuan melawan kekuasaan, karena lawan terberat adalah kekuasaan.

Sekali lagi Rumah Amanah Rakyat meminta kepada koalisi partai kekeluargaan agar tidak salah memilih calon. Kualitas, kapabilitas, keberanaian dan dekat dengan rakyat serta bukan antek para oligarkhi, harus menjadi syarat utama memilih calon.  

Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, supaya koalisi tersebut diatas mendapat hidayah memilih calon yang benar-benar siap bertarung. Rumah Amanah Rakyat mengajak seluruh publik Jakarta, lupakan PDIP pengikut Ahok, mari fokus rebut Jakarta dari tangan kedzoliman dan dari tangan pemimpin yang tidak Pancasilais.

Oleh : Ferdinand Hutahaean (Aktivis Rumah Amanah Rakyat) [hanter]

Previous
Next Post »

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.