Kamis, 04 Agustus 2016

'Wahai Penduduk Bumi, Saksikanlah, Inilah Muka Guru yang Selalu Menghukum Aku'



Kabar TrendSemua orang yang pernah bersekolah pasti memiliki kenangan tersendiri pada beberapa guru ataupun dosen yang pernah mengajarnya dahulu, baik di masa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas atau bahkan Perguruan Tinggi.

Tentunya yang paling diingat adalah guru atau dosen yang baik hati dan satu lagi adalah guru atau dosen yang galak alias suka marah-marah dan memberikan hukuman jika si murid berbuat salah.

Khusus untuk guru terakhir ini, biasanya waktu itu kita akan merasa jengkel dan malu atas hukuman yang diberikan.

Tak ayal, terkadang muncul julukan-julukan jelek terhadap si guru yang galak tadi.

Barulah setelah selesai tamat sekolah, si murid tersadarkan bahwa niatan si guru memberikan hukuman untuk kebaikannya sendiri.

Sepertihalnya, Nik Lutfi yang ingin menceritakan pengalamannya sewaktu sekolah dahulu bersama buk guru, Raihanah yang mengajar pelajaran bahasa inggris.

Nik Lutfi yang waktu itu bandel dan 'gagap' atau tidak bisa berbahasa inggris, kini menjadi seseorang yang sukses dan ingin semua di dunia tahu kalau keberhasilannya saat ini tidak lepas dari keahliannya 'bercap-cip-cus' bahasa asing, yang dulu tidak dikuasainya. Berikut Kisah yang ditulis Nik Lutfi seperti dilansir dari fanspage My Media Hub:

Orang sibuk mem-viralkan masalah guru itu, guru ini. Sekarang aku nak viral juga, siap kau guruku!
Wahai penduduk bumi, saksikanlah, inilah muka guru yang selalu menghukum aku berdiri di atas kursi, di atas meja, di bawah meja dan hukuman lainnya.
Bila aku tidak dapat jawab pertanyaannya, "On the chair....!!!".
Gagal jawab lagi, "On the table...!!!", dan seterusnya,
"Under the table!". Merangkaklah aku di bawah meja sampai habis pelajaran dia.
Tahun 1999, masih segar dalam ingatan aku.
Dalam setahun dia mengajar, ada satu hari itu, dia memuji aku.

"I like the ending of your essay, Nik,". (Saya suka akhir dari esai Anda, Nik)
Besoknya kembali lagi seperti biasa, (dihukum) "on the chair", "on the table", "under the table" sampai akhir tahun.
Orangnya garang, susah tersenyum. Tegas, suka memberikan homework (pekerjaan rumah).
"I asked you in english, do answer me in english!!" (Aku bertanya dalam bahasa Inggris, jadi jawab saya dalam bahasa Inggris !! ") tegasnya.
Membuat aku tergagap-gagap mau menjawab pertanyaannya.
Dan biasanya berakhir dengan "on the chair", "on the table", "under the table".
Aku panggil dia 'teacher on the chair', 'teacher on the table', 'teacher under the table'.

Sesuka mulut aku saja panggil guru dengan nama itu.
Hingga akhirnya aku lulus dan sudah bertahun-tahun berlalu, baru semalam aku diberi kesempatan bertemu lagi dengannya.
Huh! Dulu ibu suka hukum saya kan? Well buk guru, I want the whole world to know! Do read these! (Saya ingin seluruh dunia tahu! Untuk membaca ini!)
Wahai Teacher Raihanah yang dulu saya panggil 'teacher on the chair', yang dulu suka hukum saya. Saya ingin bilang;
Terima kasih buk guru! Jutaan terima kasih yang tidak terhingga karena menghukum saya.
Jutaan terima kasih kerana menyuruh saya berdiri di atas kursi, meja dan bersila di bawah meja, mengajarkan saya bahasa inggris dan untuk segala-galanya!
Dalam hukuman buk guru itu mengalirnya berkat.

Mungkin hukuman itu terselip ranya ikhlas.
Mungkin jelingan maut buk guru itu tersimpan berjuta kasih sayang.
Yang dulunya saya tidak dapat melihatnya sebab tertutup dengan ego, yang merasa diri ini sempurna.
Namun saya lupa kalau guru itu pewaris nabi, perantara ilmu dari Allah.
Ilmu itu cahaya, guru hanya ingin bawa cahaya masuk ke dalam otak saya yang kelam dan kosong dan paling penting sekali guru ingin saya berhasil kan?
Buk Guru, saya dah berhasil! Ilmu yang buk guru ajar dulu saya sudah gunakan dengan sebaiknya.
Alhamdulillah. In fact (Faktanya) sampai sekarang saya gunakan sebab saya pun sudah menjadi guru Bahasa Inggris seperti buk guru Raihanah.

Saya praktikkan semua yang buk guru ajar dulu termasuk 'on the chair' and it works! I suppose.
Saya pun ingin jadi garang seperti buk guru.
Saya ingin anak murid saya tahu menilai ilmu itu dan tidak mudah untuk mencari ilmu.
Sebab kalau sangat gampang, they tend to forget everything (mereka cenderung lupa segalanya). Kan buk guru?
Anyway it's not about them, not about me, it's about you. (Pokoknya itu bukan tentang mereka, bukan tentang saya, itu tentang kamu).
Wahai pemuja Facebook, keyboard warrior, hargailah guru anda.
Dalam garang ada sayangnya, dalam bengis ada berkatnya, dalam marah ada doanya.

Dan buk guru, biarlah orang mau berkata apa pada buk guru.
Selagi saya hidup, nama buk guru sentiasa ada dalam doa saya.
Terima kasih buk guru. ibu tetap guru saya sampai kapan pun (*)




sumber : tribunnews.com

Previous
Next Post »

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.