POSMETRO INFO - Maraknya para pekerja asing asal China yang masuk ke wilayah Indonesia, secara legal maupun ilegal harus dilawan. Mereka dianggap sebagai bentuk kebijakan Pemerintahan Jokowi yang sudah tak berpihak kepada rakyat Indonesia.
Ketua Umum Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) Muchtar Pakpahan mengatakan, serbuan pekerja Tiongkok sudah membuat rakyat kehilangan penghidupan dan hanya bisa gigit jari.
"SBSI keberatan dan melawan kebijakan pemerintah seperti itu. Buruh harus bangkit bergerak, melawan. Kalau kita diam, akan tetap menderita," ujarnya.
Tokoh buruh senior itu mengatakan, salah satu janji Jokowi semasa berkampanye di pilpres adalah menerapkan Trisakti. Dia bilang, Trisakti adalah berdikari atau kemandirian ekonomi, atau berdiri agar rakyat Indonesia sendiri bisa menikmati kekayaan alam Indonesia.
"Ternyata, pemerintahan ini mengundang investor Tiongkok untuk menguasai sumber ekonomi kita. Tiongkok membawa modal sedikit, membawa manajer, membawa produk dan membawa buruh ke Indonesia. Pulang-pulangnya nanti membawa keuntungan besar dari Indonesia, dan ditinggalkannya kotoran di Indonesia," ujar Muchtar.
Untuk menolak kebijakan Jokowi ini, dia menyerukan kepada SBSI dan seluruh buruh dan pekerja Indonesia untuk memprotes dan menolak. "Kita gelar aksi protes di seluruh Indonesia," ujarnya.
Selain itu, Muchtar juga akan memajukan proses hukum atas kebijakan Jokowi itu. "Kita gugat ke pengadilan," ujarnya.
Selanjutnya, masyarakat harus terus disadarkan, bahwa kekayaan alam dan hartanya telah perlahan diserahkan dan dikuasai oleh asing. "Kalau rakyat tidak rela hartanya dikuasai asing, ya, revolusi," pungkas Muchtar.
Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri mengklarifikasi dan membantah isu bahwa Indonesia kebanjiran tenaga kerja asal Tiongkok di sejumlah media massa. Menurutnya, berdasarkan data yang ada, jumlah pekerja asal Tiongkok setara dengan jumlah pekerja asingdari negara lainnya yang bekerja di Indonesia.
"Bohong besar jika dikatakan akan ada 10 juta pekerja asing asal Tiongkok yang masuk Indonesia. Kemungkinan, angka itu diolah dari target kunjungan wisatawan mancanegara," ujar Hanif.
Menurutnya, pekerja asal Tiongkok jumlahnya fluktuatif, sekitar 14.000 hingga 16.000 orang dalam periode satu tahun. Sebagaimana pekerja asing lain di Indonesia yang totalnya 70.000-an orang, pekerja asal Tiongkok keluar dan masuk dalam periode satu tahun tersebut. Dengan kata lain, setiap tahun pekerja asal Tiongkok jumlahnya hanya sekitar 20-22 persen.
Hanif mengatakan, jumlah pekerja asing di Indonesia berada di kisaran 70.000-an orang (dari semua negara) atau sekitar 0.027 persen, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 257 juta. Atau sekitar 0.05 persen jika dibandingkan dengan angkatan kerja Indonesia tahun 2016 yang sekitar 128 juta.
Selain itu, dibandingkan tahun 2011, 2012 dan 2013, jumlah pekerja asing pada 2014, 2015 dan 2016 cenderung menurun. [rmol]